salam

Assalamu'alaikum...

Senin, 28 Maret 2011

LeGenda ALun-aLun TulunGaGUNg

Pada zaman dahulu, sesudah daerah-daerah Tumenggungan dijadikan satu kembali jadi kabupaten,maka kota Ngrawa membutuhkan tempat untuk bupati, pendopo dan alun-lun yang jadi wujud symbol kota kabupaten. Pusat kota itu mula-mula yang dibangun adalah daerah Kalangbret lalu Ringinpitu. Namun karena tidak ada persetujuan musyawarah dari para Tumenggung, maka pembangunan di dua tempat itu tidak berhasil. Untuk mengatasi keadaan itu, maka dilaporkan ke Mataram. Dari kraton mendapat petunjuk bahwa pembangunan ada di sebelah utara Wajak. Di sana ada Tuk yang besar. Tuk itu disumbat dan atasnya ditanami pohon beringin dari Mataram.
Usaha untuk menyumbat Tuk air yang besar itu tidak mudah. Sementara itu calon bupati dicarikan petunjuk ke orang pintar. Di desa Tawang Sari ada seorang Kyai Sakti yang bernama Khosim atau Abu Mansyur. Kyai Abu Mansyur diminta pertolongannya untuk menjalankan tugas membangun alun-alun itu. Dan oleh beliau disanggupi. Pertama yang dilakukan Kyai Mansyur membongkar tujuh pohon beringin yang ditanam di Ringinpitu. Lalu dicarikan syarat lain berupa satu kerbau bule atau kerbau warna putih untuk tumbal. Bantuan sarana ghaib juga dilakukan yaitu bantuan roh halus yang bernama Jigang Joyo dan Cluntang Joyo, untuk menunggui penyumbatan air itu. Yang disuruh memadatkan penyumbat itu adalah kerbau bule dengan cara menginjak-injak tanpa istirahat. Karena tanpa istirahat, kerbau itu kehabisan tenaga dan akhirnya mati. Selanjutnya bangkainya dikubur sekalian untuk tumbal. Selain itu dibuatkan gorong-gorong dan saluran yang bisa mengalirkan air ke sungai Jenes menuju sungai Ngrawa. Air sudah tidak bisa mengalir lagi, bibit pohon beringin dari Mataram tadi ditanam lagi, yang kelak berdaun lebat. Sementara itu warga setempat, pohon yang hidup di tengah alun-alun diberi nama Ringin Kurung. Sebab pohon itu dikelilingi pagar tembok. Ringin itu tumbang , setelah pada zaman Jepang yaitu tahun 1947 karena adanya angin kencang.
Setelah disumbatnya Tuk yang besar itu, lama kelamaan rawa-rawa menjadi kering dan menjadi tempat yang subur. Keringnya rawa-rawa itu berarti sebuah pertolongan yang besar bagi masyarakat sekitar, termasuk kota Tulungagung yang ramai seperti saat ini.
Begitulah riwayat dibangunya Alun-alun Tulungangung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

arr